Senin, 18 Agustus 2008

Special Ride to Ubud

Gowes Spesial

Perjalanan kali ini ada banyak hal yang spesial dan istimewa. Spesial pertama, bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 63. Spesial kedua, peserta kali ini ada yang datang dari Sulawesi. Hebat kan? Hehe, Pak Agung Kresna adalah bos BRI di sebuah daerah kecil bernama Bantaeng di Sulawesi Selatan yang kebetulan lagi pulang kampung ke Bali dan "dibajak" untuk ikut bersepeda. Beliau sudah biasa bersepeda sejak tahun 1991. Sip, bli! Spesial ketiga, trip ini digagas oleh salah satu juragan BikeCamp, RHD, yang baru saja membeli sepeda Polygon AX2.0 dan tetap setia ber-bike to work hampir tiap hari. Juragan yang satu ini juga baru beli PDA yang ada GPS. Anggota BikeCamp, Pak Gde yang bekerja di BaliCamp, juga ikut gowes bersejarah ini. Terakhir, spesial pake telor.. ini mah nasi goreng! Bukan!! Baca terus ya, nanti ketemu deh telur spesial ini di akhir cerita. Hehehe jadi ketawa duluan.

Kami berempat sepakat untuk mengisi peringatan hari kemerdekaan RI dengan bersepeda ke Ubud. Kenapa Ubud? Kenapa engga? heheh... gini gini ceritanya..

UBUD
Siapa yang tidak kenal dengan Ubud? Hampir semua orang mengenal sisi ubud dari selera masing-masing, ya ga? Kalau yang suka makan, pasti cari bebek goreng yang ngetop itu, atau bagi yang non muslim pasti penasaran dengan warung nguik-nguik guling yang ada di sebelah barat puri Ubud. Ada juga masakan ayam campur yang simpel tapi pas di desa Kedewatan. Kalau yang senang dengan seni, Ubud surganya. Orang Ubud itu air seninya banyak ya? Belum lagi bicara masalah warisan Budaya, Ubud jawaranya. Upacara kremasi Hindu atau Ngaben termegah sedunia yang konon menghabiskan biaya sampai Rp. 7 Miliar baru saja dilaksanakan beberapa bulan yang lalu. Hebat. Tapi, kalau senang dengan sepeda, ada engga ya di Ubud? Wah, jangan salah, justru Ubud punya banyak jalur bersepeda yang indah dan menantang. Mau tau salah satunya?

BERTEMU “LELASAN”
Tempat pul-kumpul biasalah di Warung Rani Jalan Teuku Umar. Janjinya sih jam 6.00 udah berangkat ya. RHD dan Pak Agung on time, loh. Begitulah para professional yang ulet dan disiplin. Malu dong kalau telat. Hehe maap maap saya terlambat 15 menit. Berangkat jadi molor 1 jam karena menunggu Pak Gde dan saya yang masih mengisi perut di Dunkin Donuts. Akhirnya kami berangkat jam 7.00 pagi.

Cuaca agak mendung dan udara lembab sedikit dingin. Matahari biasanya jam 7 pagi sudah bersinar terang, tapi kali ini masih ngumpet terhalang mendung. Lalu lintas pun agak sepi karena hari libur. Cuaca enak nih buat start. Kami pun mulai gowes membelah jalan-jalan kota Denpasar. Di tengah perjalanan dalam kota, kami bertemu dengan komunitas bersepeda LELASAN BERSERI yang juga sedang dalam perjalanan menuju desa Sayan Ubud. O ya, LELASAN BERSERI adalah singkatan dari Lelaki Santai Bersepeda Tiap Hari. Bagus ya akronimnya. Ini kelompok sepeda terbesar di Bali dengan anggota kurang lebih 150 orang. LELASAN sendiri jika dilihat sebagai sebuah kata dalam bahasa Bali berarti KADAL. Makanya simbol atau lambang dari komunitas ini adalah gambar KADAL bersepeda. Jadi kalau para LELASAN bersepeda, temennya adalah para buaya darat hahaha.. just kidding bro. Nah, ngelantur lagi. Kami pun bersenda gurau di jalan dan akhirnya berpisah karena kami akan menempuh jalur berbeda meski satu tujuan.

Tak terasa kami sudah memasuki ujung persawahan di Kedua. Istirahat sebentar sambil foto-foto. Pak Agung terlihat sangat terkesan dengan pemandangan disana. Gowes menapaki pematang sawah seperti di Kedua tidak pernah terbayang oleh Pak Agung. Kira-kira begitu ya, Pak? Kami pun kemudian melanjutkan perjalanan dengan ritme pelan agar peserta spesial ini dapat menikmati pemandangan sepuasnya. RHD sibuk dengan GPS nya dan berulang-ulang mengatakan bahwa jalur sawah Kedua ternyata sudah ada digital map nya di GPS sambil terheran-heran. Ealah gitu aja kok heran. Gde pun terlihat bersemangat ngegowes karena belum pernah melewati rute seperti ini.

Perjalanan kami lanjutkan menuju jalur subak. Disini kami kembali bertemu dengan LELASAN. Wah jarang-jarang bertemu LELASAN dua kali nih. Biasanya langsung hilang alias tak terkejar. Kami pun berfoto ria dan kembali bergabung. Jalur subak ini menawarkan pemandangan yang sama yaitu persawahan namun memiliki jalan yang cukup lebar dan berpaving. Karena masih pagi, kami masih melihat penduduk lokal mandi dan mencuci pakaian di pinggir sungai kecil. Wah, ini pasti sudah terjadi pencemaran dengan pemakaian sabun cuci dan sabun mandi.

SUNSET VALLEY
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Berarti sudah 2 jam kami bersepeda. Tak terlihat wajah lelah pada Pak Agung, RHD dan Gde. Semua terlihat bersemangat. Kami pun mulai memasuki pinggiran wilayah Ubud. Udah deket nih. Mulai terlihat patung-patung dan ukiran-ukiran dari batu cadas khas Ubud. Rumah-rumah khas Bali pun terlihat asri tertata apik. Vila-vila di tengah sawah juga mulai terlihat dengan desain yang beraneka ragam. Penduduk yang ramah, para wanita yang tidak berbaju.... huehehehe maunya! Itu mah jamannya Walter Spies, pelukis yang beruntung di jaman itu hehe. Anyway, welcome to Ubud!

Kami berpisah dengan LELASAN karena tujuan akhir yang berbeda. Mereka mengarah ke desa Sayan Ubud sedangkan kami mengarah ke Sunset Valley. Kami pun gowes menelusuri jalan kecil kampung hotmix yang mulus sampai tiba di belakang Museum Antonio Blanco, seorang maestro lukis yang tersohor. Kami gowes nanjak lagi sedikit dan tibalah diujung jalan menuju Sunset Valley. Jalan menuju lokasi tersebut harus melewati tangga dan kami pun harus mengangkat sepeda agar bisa lewat. Prepare to be stunned by the breathtaking panoramic view, guys……

Sesuai dengan namanya, Sunset Valley adalah bukit kecil memanjang yang diapit oleh dua buah lembah. Di ujung masing-masing lembah terdapat bangunan vila dan hotel yang beraneka desain yang menyatu dengpan alam. RHD masih sibuk dengan GPS nya sambil ngumpat-ngumpat karena gagal melewati tanjakan. Gde sibuk dengan nafasnya. Pak Agung juga terlihat ngos-ngosan. Hehehe…..

UPACARA BENDERA
Ujung Sunset Valley telah terlewati. Tiba-tiba Pak Agung terlihat menahan sakit. Kenapa? Rupanya ada “telur” di lutut sebelah kirinya alias kram otot. Benjolan hampir sebesar telur ayam terlihat jelas. (Kalau kembali ke paragraf pertama diatas, inilah spesial pake telor nya hehe). Krim pemanas otot lupa dibawa, sial. Berarti harus cari tempat untuk nge-teh dulu nih. Kami pun menemukan sebuah warung mungil yang apik. Apes, warung itu ga jualan teh anget hehehe. Yah, minuman isotonik jadilah. Sambil istirahat, kami melakukan upacara penghormatan Sang Saka Merah Putih. Rasanya nasionalisme jadi bangkit meski penghormatan kami lakukan dengan seadanya. DIRGAHAYU INDONESIA. JAYALAH BANGSAKU.

Setelah istirahat cukup lama, kami pun menuju desa Kedewatan yang ada disebelah barat Ubud. Target kami adalah rumah makan ayam Kedewatan. Dikit lagi Pak Agung hehehe. Untuk mencapai target, kami harus melewati duah buah tanjakan edan. RHD gagal maning gagal maning. Malu atuh sama AX2.0. Hehehe becanda, juragan. Ini kan baru pertama kali, jadi wajar. Nanti juga terbiasa.

Jam sudah menunjukkan angka 11 siang. Berarti sudah 4 jam kami bersepeda dan AKHIR NYA….. waktu makan tiba. Enak loh nasi campurnya. Seperti biasalah, kalau sudah makan, tidak ada terdengar suara. Hanya sendok yang beradu dengan piring. Lahap. RHD masih sibuk dengan GPS nya. Ck ck ck …

BACK HOME
Perjalanan pulang kami kembali melewati jalur persawahan Kedua namun jalur yang berbeda. RHD sempat terjungkal, terjerembab dengan sukses merangkul pematang sawah karena bertukar sepeda dengan Gde. Pak Agung tetap setia ditemani oleh “telur” di lutut kirinya. Gde sukses menikmati perjalanan ini dengan aman dan sukses minjem AX2.0. Enak ya, De? Overall, semua lelah namun senang karena semua target telah tercapai. Cape deehh…..

Lain kali kita coba rute baru lagi. OK? Guys?..........


Thanks to:

Pak Agung Kresna

Juragan Rochmad Setyadi

Bos Gde Sumardika

LELASAN BERSERI

Foto-foto en-route to Ubud:









9 komentar:

  1. hmmm .....
    waktu baca dari awal katanya pesertanya 4 orang dan ngumpulnya di warung Rani.
    Yang diceritain gowesan pak Agung, Rhd, boss Gede, lhah satunya siapa?
    Ternyata juragan Endra toh .....
    Nice story bro, wish could join the fun with you all ....

    BalasHapus
  2. pengalaman yang luar biasa ... untung telurnya ngak terbawa ke Sulsel .... thank bli endra, juragan Rhd, dan boss Gede.

    BalasHapus
  3. Wah, kalau Bos endra yang cerita pasti seru :D

    tapi liat poto - potonya nyesel deh nggak bisa ikut.

    mudah - mudahan lain waktu bisa ikut...

    Thanks
    Adiana

    BalasHapus
  4. Masih ada lain waktu, tinggal cari momen yang pas trus rute yang nikmat spesial ga pake telor hahaha.

    BalasHapus
  5. Ceritanya seru oom.jd pngen nyobain trackny.bisa gak sya minta routeny.mumpung saya tinggal diubud. Newbi sih om..ato kapan ke ubud lg bsa kbar2i. Tengkyuh.

    BalasHapus
  6. halo om djoemangkah... rutenya gampang sekali dicari. Boleh kapan2 kita gowes bareng. Gabung di milis b2w aja, om? boleh minta alamat email?

    BalasHapus
  7. saya udah ikutan milis b2w bali oom. pake nama arexelex, imel arexelex@yahoo.com .kemren mereka juga semepet ke ubud, dikarenakan pekerjaan saya gak menentu, jadinya tidak bisa menyapa mereka waktu istirahat di mangga madu...

    BalasHapus
  8. hi bro.. menarik sekali membaca tulisan diatas. rencana sabtu besok sy mo stay di ubud & minggu pagi gowes disana. tlg info track yg sdh terekam di GPS? bisa di email ke: get1stmail@yahoo.com ato di aplot disini...

    BalasHapus
  9. Bos Endra, track gps nya masih ada gak?

    BalasHapus