Selasa, 22 Juli 2008

Foto-Foto Kintamani Ubud

Kintamani to Ubud XC

20 Juli 2008

Akhirnya jadi juga berangkat mencoba jalur XC mulai dari Kintamani sampai Ubud. Rasa penasaran mendengar cerita teman-teman tentang jalur yang memiliki rasa nano-nano alias beragam ini pun makin menjadi-jadi. Jalur tanah lembut cenderung berpasir halus, alas (hutan) bambu yang dipenuhi sisa-sisa potongan bambu, jalur turunan dengan banyak drops rendah karena gerusan air hujan, jalan kampung yang masih berbatu-batu, ah pokoknya seru lah cerita teman-teman.

Ngumpulin yang mau bermain di jalur ini ga susah lah. Tinggal halo-halo ke beberapa pentolan di Lelasan Berseri, klub sepeda terbesar di Bali, terkumpulah 16 riders. Jam 07.00 WITA kita kumpul di Warung Rani, nah ini warung awak lah yang dikenal dengan sambel pedas khas yang ga bakalan ditemuin dilain tempat deh... ealah kok ya jadi promosi.. hehehe. Back to the topic, acara kumpul dan loading di Warung Rani agak molor sedikit karena salah satu sepeda ternyata bermasalah dengan roda belakang. Akhirnya kita berangkat jam 08.30. So, off we went to Kintamani...

Perjalanan ke Kintamani kurang lebih 1,5 jam. Kita sampai di lahan parkir Pura Batur sekitar pukul 10 pagi. Ngupi dan snack ringan di warung pinggir jalan sambil menunggu mobil kedua dan ketiga sampai. Udara dingin dan segar terasa memenuhi paru-paru. Cuaca juga cerah dan sangat mendukung. Akhirnya semua sudah ngumpul dan mulai unloading. Here we go...

Di penghujung trek, kita berdoa untuk keselamatan bersama tiba sampai dirumah. Yang sudah pernah dan berpengalaman di jalur ini pun mulai memimpin di depan. Turunan pertama terasa menyenangkan tapi sedikit berdebu. Saat sepeda mulai melaju kencang di turunan yang sedikit bumpy, tiba-tiba jalan terputus tajam dan cukup tinggi. Sepeda pun kemudian dipanggul untuk melewati drop tersebut. Perjalanan kemudian dilanjutkan melewati kebun sayur kol dan melewati rumah penduduk lokal ditengah kebun kol dan cabai. Sebetulnya jalan ini bukanlah jalan umum, jadi kita kulo nuwun dengan pemilik kebun dan melintas dengan menuntun sepeda.

Jalur selanjutnya adalah hutan bambu. Untuk menuju jalur ini, kita harus menuruni tebing yang dapat dilalui oleh sepeda namun membutuhkan skill yang baik. Beberapa teman dapat melewati rintangan ini namun sebagian besar memilih berjalan sejajar dengan sepeda alias dituntun hehehe. Jalur hutan bambu datar-datar saja namun tantangannya terletak pada handling yang baik karena disepanjang jalur terdapat banyak sisa potongan bambu yang tergeletak ataupun sisa bambu bekas terpotong yang melintang di jalur. Suara daun dan kelopak bambu kering yang dilindas ban sepeda terdengar berderak-derak cepat menandakan laju sepeda yang cukup kencang.

Lolos dari hutan bambu, tanjakan sudah menunggu. Melewati kebun jeruk yang mulai matang menguning di kiri kanan, tanjakan terasa sedikit lebih ringan. Lepas dari tanjakan, bonus pun menunggu. Jalan turunan tanah kampung dengan banyak gundukan sisa gerusan air hujan menambah nikmat turunan. Sepeda pun terasa melayang-layang. Disinilah terasa sekali Fox Vanilla sangat responsif... uhui!

Setelah melewati beberapa tanjakan dan turunan, tak terasa waktu sudah terlewat 2 jam! Berarti sebentar lagi akan sampai di Ubud. Sayang dalam perjalanan tidak bertemu dengan gajah karena teman-teman sepakat untuk melewati jalur lain. Tak berapa lama, terlihatlah pemandangan yang sangat indah. Hamparan lembah di kiri kanan dihiasi bangunan bungalow cantik-cantik, sangat mengagumkan. You got to see this for yourself, kalau ada waktu. Rupanya jalur itu memang dibuat untuk menikmati sunset diapit dua lembah. Ubud memang luar biasa!

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.45. Berarti perjalanan dari Kintamani sampai Ubud telah memakan waktu 3 jam. Tidak terasa lapar namun perut sudah harus diisi. Kita pun sepakat untuk meneruskan perjalanan sedikit lagi sampai di Denpasar dan makan di restoran Pak Nana di Penatih, Denpasar.

Jam 14.30 kita makan dan yang terdengar hanya denting suara sendok beradu dengan piring dan kuah sup.

What an exciting trip!

Many thanks to:
Pak Ketut Sukarta (Batanta)
Gung Oka
Gung De
Ketut Arya
Wayan Suastika
Ajus
Wayan Landung
Suandi
Gung Tu
Ketut Celeng
Ngurah (Warti Buleleng)
Ade
Wayan Donal
Wayan Pica
Dr. Buset (Budi Setyawan)

Until the next adventure, cheers bro!

XC Ride in Bali!

Bali menawarkan banyak sekali jalur-jalur bersepeda cross country. Melewati rute yang sama berkali-kali rasanya kok gak pernah bosen ya? Apalagi jika melewati trek yang beragam mulai dari persawahan, jalan kampung, sampai menyusuri sungai di pedesaan, rasanya waktu cepet banget berlalu dan keringet ga tercium baunya hehehe. Apa coba? Kalau hobi fotografi, boleh juga bawa lensa panjang untuk candid jika melewati sungai di sore hari. Habis foto-foto, sekalian ikut mandi bareng dengan penduduk lokal juga boleh. Seger di mata, seger di hati. Klop!

Jalur bersepeda di persawahan Kedua Penatih Denpasar, misalnya, adalah jalur yang sudah sangat dikenal dan digemari oleh pehobi sepeda. Jalur ini menawarkan pemandangan sawah yang menawan dan menyusuri sungai kecil yang tidak pernah surut airnya. Pada saat padi mulai menguning, bersepeda serasa sangat menyenangkan karena sawah terlihat seperti permadani. Wuih, puitis ya. O ya, kalau beruntung di pagi hari bisa ketemu ular sawah menyeberang hiii.

Nah ini rada serius. Kontras dengan trek sawah di Kedua Penatih, jalur sepeda di Bukit Ungasan yang biasanya dimulai dari objek wisata GWK adalah jalur yang memiliki karakter keras dan menguras keringat. Istilah teman-teman, ini jalur banting tulang! Waktu pertama kali ikutan mencoba jalur Bukit ini, teman-teman sambil tertawa menyarankan agar tidak usah pakai IPOD dikuping karena tidak akan sempat mendengarkan lagu-lagu. Boro-boro denger lagu, nafas aja kalang kabut. Hehehe yah namanya juga rookie.

Jalur bersepeda di Bukit Ungasan Jimbaran ini sangat banyak namun ada beberapa jalur favorit yang cukup menantang. Kualitas sepeda dan pengendaranya diuji disini. Batu karang yang tajam serta batu kerikil lepas membutuhkan ketrampilan handling sepeda yang cukup baik. Sedangkan tanjakan yang tajam menuntut fisik yang cukup prima. Sudah tentu jika ada tanjakan pasti ada bonus turunan. Karakter turunan di Bukit termasuk cukup curam belum lagi dipenuhi kerikil karang lepas yang membutuhkan konsentrasi dan handling yang baik. Jalur-jalur ini dikenal garang karena beresiko cedera cukup tinggi jika terjadi kecelakaan. Bagi pehobi sepeda yang sudah terbiasa mendaki dan menuruni bukit terjal ini, jalur ini menjadi sangat menyenangkan.

Masih banyak lagi trek-trek cross country di Bali yang dapat dinikmati. Bagi wisatawan mancanegara, menikmati keindahan trek XC di Bali tidaklah murah. Paling tidak mereka harus merogoh kocek minimal USD40 per pax. Lumayan ya? Anyway, yang penting adalah kita dukung program pemerintah untuk hemat energi dan menciptakan dunia yang lebih hijau melalui bersepeda dan menjaga alam dengan tidak merusak dan mengotorinya.

Men Sano In Corporesano - Naik Sepeda Jangan Sembrono.... halahhhhhhh...

ED