Akhirnya jadi juga berangkat mencoba jalur XC mulai dari Kintamani sampai Ubud. Rasa penasaran mendengar cerita teman-teman tentang jalur yang memiliki rasa nano-nano alias beragam ini pun makin menjadi-jadi. Jalur tanah lembut cenderung berpasir halus, alas (hutan) bambu yang dipenuhi sisa-sisa potongan bambu, jalur turunan dengan banyak drops rendah karena gerusan air hujan, jalan kampung yang masih berbatu-batu, ah pokoknya seru lah cerita teman-teman.
Ngumpulin yang mau bermain di jalur ini ga susah lah. Tinggal halo-halo ke beberapa pentolan di Lelasan Berseri, klub sepeda terbesar di Bali, terkumpulah 16 riders. Jam 07.00 WITA kita kumpul di Warung Rani, nah ini warung awak lah yang dikenal dengan sambel pedas khas yang ga bakalan ditemuin dilain tempat deh... ealah kok ya jadi promosi.. hehehe. Back to the topic, acara kumpul dan loading di Warung Rani agak molor sedikit karena salah satu sepeda ternyata bermasalah dengan roda belakang. Akhirnya kita berangkat jam 08.30. So, off we went to Kintamani...
Perjalanan ke Kintamani kurang lebih 1,5 jam. Kita sampai di lahan parkir Pura Batur sekitar pukul 10 pagi. Ngupi dan snack ringan di warung pinggir jalan sambil menunggu mobil kedua dan ketiga sampai. Udara dingin dan segar terasa memenuhi paru-paru. Cuaca juga cerah dan sangat mendukung. Akhirnya semua sudah ngumpul dan mulai unloading. Here we go...
Di penghujung trek, kita berdoa untuk keselamatan bersama tiba sampai dirumah. Yang sudah pernah dan berpengalaman di jalur ini pun mulai memimpin di depan. Turunan pertama terasa menyenangkan tapi sedikit berdebu. Saat sepeda mulai melaju kencang di turunan yang sedikit bumpy, tiba-tiba jalan terputus tajam dan cukup tinggi. Sepeda pun kemudian dipanggul untuk melewati drop tersebut. Perjalanan kemudian dilanjutkan melewati kebun sayur kol dan melewati rumah penduduk lokal ditengah kebun kol dan cabai. Sebetulnya jalan ini bukanlah jalan umum, jadi kita kulo nuwun dengan pemilik kebun dan melintas dengan menuntun sepeda.
Jalur selanjutnya adalah hutan bambu. Untuk menuju jalur ini, kita harus menuruni tebing yang dapat dilalui oleh sepeda namun membutuhkan skill yang baik. Beberapa teman dapat melewati rintangan ini namun sebagian besar memilih berjalan sejajar dengan sepeda alias dituntun hehehe. Jalur hutan bambu datar-datar saja namun tantangannya terletak pada handling yang baik karena disepanjang jalur terdapat banyak sisa potongan bambu yang tergeletak ataupun sisa bambu bekas terpotong yang melintang di jalur. Suara daun dan kelopak bambu kering yang dilindas ban sepeda terdengar berderak-derak cepat menandakan laju sepeda yang cukup kencang.
Lolos dari hutan bambu, tanjakan sudah menunggu. Melewati kebun jeruk yang mulai matang menguning di kiri kanan, tanjakan terasa sedikit lebih ringan. Lepas dari tanjakan, bonus pun menunggu. Jalan turunan tanah kampung dengan banyak gundukan sisa gerusan air hujan menambah nikmat turunan. Sepeda pun terasa melayang-layang. Disinilah terasa sekali Fox Vanilla sangat responsif... uhui!
Setelah melewati beberapa tanjakan dan turunan, tak terasa waktu sudah terlewat 2 jam! Berarti sebentar lagi akan sampai di Ubud. Sayang dalam perjalanan tidak bertemu dengan gajah karena teman-teman sepakat untuk melewati jalur lain. Tak berapa lama, terlihatlah pemandangan yang sangat indah. Hamparan lembah di kiri kanan dihiasi bangunan bungalow cantik-cantik, sangat mengagumkan. You got to see this for yourself, kalau ada waktu. Rupanya jalur itu memang dibuat untuk menikmati sunset diapit dua lembah. Ubud memang luar biasa!
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.45. Berarti perjalanan dari Kintamani sampai Ubud telah memakan waktu 3 jam. Tidak terasa lapar namun perut sudah harus diisi. Kita pun sepakat untuk meneruskan perjalanan sedikit lagi sampai di Denpasar dan makan di restoran Pak Nana di Penatih, Denpasar.
Jam 14.30 kita makan dan yang terdengar hanya denting suara sendok beradu dengan piring dan kuah sup.
What an exciting trip!
Many thanks to:
Pak Ketut Sukarta (Batanta)
Gung Oka
Gung De
Ketut Arya
Wayan Suastika
Ajus
Wayan Landung
Suandi
Gung Tu
Ketut Celeng
Ngurah (Warti Buleleng)
Ade
Wayan Donal
Wayan Pica
Dr. Buset (Budi Setyawan)
Until the next adventure, cheers bro!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar