Selasa, 21 Juli 2009

It's NOT the bike, it's you!


Seli keliling Bali?

Nantikan cerita serunya!

ED

Rabu, 15 Juli 2009

UU No. 22/2009

Rabu, 15 Juli 2009

Isi blog ini kok ya semakin serius aja.. hahaha.... mudah-mudahan ga ngebosenin deh bacanya.. hanya sekedar ingin berbagi informasi perkembangan gerakan bersepeda dan yang terkait tentang sepeda. Boleh, kan?

Sejak dibentuk kepengurusan SAMAS Denpasar, pengurus langsung sowan ke Bapak Walikota Denpasar secara informal atau offline. Tujuannya sudah jelas lah ingin menyampaikan ke Pak Wali bahwa SAMAS Denpasar siap untuk diresmikan dan memohon agar beliau bersedia menjadi pembina sekaligus pelindung.

Selain itu, tentunya langsung to the point memohon agar Bali memiliki Car Free Day, yaitu hari bebas kendaraan.

Dari pertemuan sore yang penuh suasana kehangatan, Pak Wali rupanya sangat antusias dan mendukung dibentuknya SAMAS Denpasar dan juga program car free day. Hebatnya, Pak Wali langsung bergerak hingga hari ini, pengurus SAMAS Denpasar yang diwakili oleh DM. Merthakota, Putu Kusuma, AA. Ngurah Rama Putra, Kadek, Ajus Purnamadi, Ngurah Budhita, dan penulis sendiri bertemu dengan Kadis Perhubungan di kantor Dinas Perhubungan di Jalan Cargo.

Dari pertemuan dengan Pak Kadishub, pengurus SAMAS Denpasar mendapat sambutan positif yang luar biasa. Rupanya pihak Dishub sendiri pun memiliki mimpi yang sama yaitu ada hari bebas dari kendaraan di ruas jalan tertentu. Sip, Pak.

Sambil menyimpulkan hasil pertemuan yang santai namun padat tersebut, Pak Kadishub minta agar SAMAS Denpasar segera mengajukan permohonan resmi ke Walikota dengan tembusan kepada pihak Dinas Perhubungan. Siap, Pak.

Rasanya dengan diterbitkannya UU No. 22/2009 yang baru saja ditandatangani oleh Bapak Presiden RI, rasanya keinginan untuk memiliki car free day semakin kuat landasan hukumnya. Berikut cuplikan isi dari UU No. 22/2009 tersebut:

Pasal 25
(1) Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:... Read More
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di
Jalan dan di luar badan Jalan.

Bagian Keenam
Fasilitas Pendukung
Pasal 45... Read More
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
(2) Penyediaan fasilitas pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh:
a. Pemerintah untuk jalan nasional;
b. Pemerintah Provinsi untuk jalan provinsi;
c. Pemerintah Kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa;
d. Pemerintah Kota untuk jalan kota; dan
e. badan usaha jalan tol untuk jalan tol.

Senang sekali rasanya seluruh pejabat daerah mendukung gerakan bersepeda namun akan lebih dahsyat lagi jikalau seluruh pejabat tinggi daerah memberi contoh dengan bersepeda seperti halnya di Makasar, yang menurut informasi dari rekan B2W disana, Gubernur dan Walikota ikut bersepeda bahkan menyanggongi toko sepeda setempat untuk membahas sepeda dan kegiatannya. Hebat!

Heheehe ya ya satu-satu deh.. CFD dulu...

Demikian sekilas info.. and please be informed and updated bagi pengurus SAMAS Denpasar yang berhalangan hadir dan seluruh komunitas SAMAS Denpasar.. :)

Salam berjuta sepeda..

ED


Senin, 06 Juli 2009

Kepengurusan SAMAS Denpasar

Minggu, 5 Juli 2009

Masih ingat dengan SAMAS Denpasar? SAMAS adalah singkatan dari Sekretariat Bersama Sepeda yang berlokasi di Denpasar. Jadi idenya adalah seluruh komunitas sepeda yang berada di Denpasar dan sekitarnya bersatu untuk tujuan yang lebih besar dan bermanfaat bagi pesepeda dan masyarakat luas tentunya.

Nah, setelah menunggu cukup lama, tim formatur yang terdiri dari Bp. Putu Kusuma, AA. Ngurah Rama Putra, dr. AA. Jaya Kusuma, SpOG, Dewa Made Merthakota dan penulis sendiri, akhirnya berhasil menyusun kepengurusan organisasi yang bebas politik praktis dan murni bersifat sosial ini.

Adapun susunan kepengurusannya adalah sbb:

Pelindung: Walikota Denpasar (to be confirmed dengan beliau)

Penasihat:
Putu Kusuma, S.H., MKN.
AA. Ngurah Rama Putra
dr. AA. Jaya Kusuma, SpOG.
Komang Narendra
Asep Dadang
Dodik Aswinarto
Putu Budiasa
Wiwien Gunawasika

Ketua Umum:
Dewa Made Merthakota

Ketua I Bidang Kegiatan: AA. Bagus Purnamadi
Ketua II Bidang Humas: Kadek Sugiarta

Sekretaris I: Endra Datta
Sekretaris II: Andre Subijanto

Bendahara I: I Gst. Ngurah Budhita
Bendahara II: Kadek Noviyanti

Koordinator Lapangan:
Jefry Dallas
Warsika
Pasek
IB. Suryawan

Sekretariat:
Kayumas Inn
Jalan Surapati 23
Denpasar

Demikian laporan singkat dari hasil rapat yang diadakan di Kayumas Inn yang dihadiri oleh 30 lebih pesepeda dan para senior pesepeda di Denpasar.

Laporan lebih lengkap akan disusun kemudian.

Selamat bekerja kepada seluruh kepengurusan SAMAS Denpasar. Semoga dapat menjadi tonggak sejarah perkembangan dunia persepedaan di Denpasar dan Bali.

ED

Rabu, 01 Juli 2009

CITRA - CURHAT..

Kamis, 3 Juli 2009

Melihat dari judul, mungkin asosiasinya ke perempuan bernama Citra, ya? Apalagi dibelakang judul ada embel-embel "curhat" yang merupakan singkatan dari "curi perhatian", maksudnya adalah berbagi cerita yang biasanya merupakan keluh kesah dan masalah.

Tapi kali ini yang dibahas bukanlah seorang gadis cantik namun lebih ke CITRA dalam arti 'image' atau pencitraan. Ada apa?

Beberapa waktu lalu, dalam sebuah surat kabar nasional mungkin sempat membaca ada artikel tentang sepeda lipat di Bali. Ya, sebuah komunitas sepeda lipat yang bernama Foldingbike Community Bali (FCB) telah terbentuk. Kita bahas tentang FCB yang ciamik ini kemudian ya.. Let's focus on the news published.. Nah, pada pemberitaan yang diterbitkan dalam 3 edisi ini, citra yang diangkat sama sekali berbeda dengan yang diharapkan.. begini ceritanya..

Dalam berita pertama pada hari Minggu, 28 Juni 2009, judul besar-besar dibuat dengan menonjolkan sisi borjuis komunitas sepeda lipat ini. "Hobi baru kalangan berduit di kota Denpasar", kurang lebih begitulah tag line nya.. dengan judul, "Sepeda lipat seharga Rp. 40 juta". Dalam cerita itu diulas bahwa komunitas ini dibentuk dengan member orang-orang yang high profile.

Dalam berita edisi kedua pada hari Senin, 29 Juni 2009, cerita masih berlanjut dengan mengulas sisi "wah" komunitas ini sehingga citra yang terbentuk pun menjadi eksklusif sekali.

Saat cerita pertama muncul, berbagai tanggapan negatif kemudian mengalir. Rasa resah dan kurang nyaman pun dirasakan oleh sebagian besar komunitas sepeda lipat ini dan juga komunitas sepeda seperti Bike To Work Bali dan lainnya. Penulis yang kebetulan menjadi "model" dalam cerita itu pun tidak luput dari rasa kurang nyaman ini.

Saat cerita kedua bergulir, rasa kurang nyaman semakin menjadi-jadi. Kok gini jadinya? Begitu tanggapan kawan-kawan pesepeda.

Keesokan harinya, cerita ketiga muncul dengan suasana yang diharapkan. Ini melegakan semua pihak karena cerita yang disampaikan lebih fokus kepada MISI yang diemban oleh komunitas sepeda lipat ini dan komunitas sepeda lain pada umumnya. MISI tersebut adalah bersepeda untuk kesehatan, penghematan energi, pengurangan emisi gas buang dan lingkungan dalam arti luas.

Memang dalam menulis sebuah berita, diperlukan sensasi untuk menarik orang membaca lebih jauh. Namun sensasi yang berlebihan rasanya akan merugikan pihak-pihak yang memiliki keinginan tulus untuk berbuat, mungkin kecil, sesuatu bagi lingkungan dan bumi ini.

Mengumbar sisi borjuis dan eksklusivisme tidak akan memberikan tanggapan yang baik, malah akan menjadi buah bibir dan dicibir. DAN ITU BUKANLAH CITRA YANG INGIN DISAMPAIKAN KEPADA MASYARAKAT LUAS!

Dan pada kenyataannya para komunitas sepeda terdiri dari berbagai kalangan dan melebur menjadi satu. Tidak ada yang membicarakan masalah borjuisme. Tapi dengan niat tulus bersepeda sebagai hobi, untuk kesehatan dan lingkungan! Selebihnya kembali ke individu masing-masing. Karena sepeda juga memiliki tingkat kenyamanan. Ada harga, ada kualitas. Begitulah kenyataannya.

Demikianlah tulisan curhat ini disampaikan agar tidak mengendap didalam hati dan menjadi tidak sehat. Mohon maaf bagi pihak yang merasa dirugikan dengan tulisan ini.

ED
emosi ya? hihihihi... maap maap..